Harga Minyak Anjlok Hampir 5 Persen Terseret Krisis Bank di AS
16 Maret 2023, 09:13:33 Dilihat: 427x
Jakarta, Universitas Narotama -- Harga minyak terperosok hampir 5 persen pada Rabu (15/3), waktu Amerika Serikat (AS). Pelemahan terjadi di tengah kekhawatiran terjadinya krisis kepercayaan di sektor perbankan dapat memicu resesi dan memangkas permintaan minyak.
Kedua harga acuan minyak mentah merosot selama tiga hari berturut-turut hingga mencapai level terendah sejak Desember 2021.
Dilansir Reuters, harga minyak mentah Brent turun US$3,76 atau 4,9 persen lebih rendah menjadi US$73,69 per barel.
Pelemahan juga terjadi pada harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS sebesar US$3,72 atau 5,2 persen lebih rendah ke US$67,61 per barel.
Wakil Presiden Senior Perdagangan BOK Financial Dennis Kissler menambahkan tekanan jual yang berat di pasar saham AS pada Rabu menambah likuidasi dana dalam minyak mentah.
Brent terperosok hingga 10 persen sejak penutupan Jumat, sementara minyak mentah AS turun lebih dari 14 persen.
Dolar AS juga menguat terhadap sekeranjang mata uang, membuatnya lebih mahal bagi pemegang mata uang tersebut untuk membeli minyak mentah.
Harga minyak juga tertekan oleh stok minyak mentah AS yang naik 1,6 juta barel pekan lalu atau lebih dari perkiraan kenaikan 1,2 juta barel dalam jajak pendapat Reuters terhadap sejumlah analis.
"Pendorong utama di balik pelemahan harga adalah kekhawatiran luas terhadap ekonomi global dan sentimen risk-off di pasar," ujar Kepala Riset Energi VettaFi Stacey Morris.
Sementara itu, harga mendapat topangan dari angka menunjukkan aktivitas ekonomi China meningkat dalam dua bulan pertama tahun 2023 setelah berakhirnya langkah-langkah pengendalian covid-19 yang ketat.
Pada Rabu lalu, laporan bulanan Badan Energi Internasional menandai dorongan permintaan minyak dari China, sehari setelah OPEC meningkatkan perkiraan permintaan China untuk 2023.
Minyak mentah juga memulihkan beberapa kerugian sebelumnya bersama dengan indeks ekuitas acuan setelah regulator Swiss menjanjikan bantuan likuiditas ke Credit Suisse yang sahamnya sempat anjlok hingga 30 persen.