Harga Minyak Terperosok di Tengah Lonjakan Stok Bensin AS
22 Juli 2022, 08:59:00 Dilihat: 468x
Jakarta, -- Harga minyak dunia merosot lebih dari $3 per barel pada Kamis (21/7), waktu Amerika Serikat (AS). Pelemahan terjadi lantaran stok bensin AS meningkat.
Selain itu, kenaikan suku bunga Bank Sentral Eropa (ECB) memicu kekhawatiran permintaan. Pada saat yang sama, kembalinya pasokan minyak dari Libya dan dimulainya kembali aliran gas Rusia ke Eropa turut menekan harga.
Harga minyak mentah berjangka Brent tercatat turun US$3,06 atau 2,9 persen ke US$103,86 per barel. Penurunan juga terjadi pada harga minyak mentah West Texas Intermediate AS sebesar US$3,53 atau 3,5 persen ke US$96,35 per barel.
Adapun harga bensin berjangka AS turun 3,8 persen ke US$3,15. Hal itu terjadi usai data pemerintah AS mencatat lonjakan 3,5 juta barel dalam penyimpanan pekan lalu atau jauh di atas perkiraan analis.
"Jika Anda tidak membutuhkan bensin, maka Anda tidak perlu minyak mentah untuk membuat bensin, dan itulah matematika yang membunuh minyak mentah saat ini," ujar Direktur Eksekutif Energi Berjangka Mizuho Robert Yawger seperti dikutip Reuters, Jumat (22/7).
Di Eropa, bank sentral menaikkan suku bunga acuan untuk memerangi inflasi yang tidak terkendali. Hal itu dapat menekan pertumbuhan ekonomi yang dapat membebani permintaan minyak.
Selain itu, volume perdagangan berjangka minyak juga tipis dan harga bergejolak karena pedagang berusaha untuk menyesuaikan pelemahan permintaan energi dengan pasokan yang lebih ketat akibat hilangnya pasokan Rusia setelah invasi negara itu ke Ukraina.
Sementara itu, aliran melalui pipa gas alam Nord Stream 1 Rusia, yang mengalir di bawah Laut Baltik ke Jerman, sebagian dilanjutkan setelah ditutup untuk pemeliharaan pada 11 Juli. Pipa tersebut telah berjalan dengan volume yang dikurangi menyusul perselisihan yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina.
"Dimulainya kembali aliran gas Nord Stream tampaknya memunculkan gambaran sikap yang lebih mendamaikan di pihak Rusia terkait pergerakan lanjutan minyak mentah dan produk ke Eropa dalam beberapa minggu/bulan mendatang," ujar Pimpinan Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch dalam catatannya.
Lebih lanjut, Rabu lalu, National Oil Corp (NOC) Libya mengumumkan produksi minyak mentah telah dilanjutkan di beberapa ladang minyak setelah pencabutan status force majeure pada ekspor minyak pekan lalu.