Pemain Utama Dunia Bakal Stop Beli Minyak dari Rusia
14 April 2022, 10:14:08 Dilihat: 422x
Jakarta, -- Vitol Group, perusahaan minyak mentah dunia asal Belanda, akan menghentikan pembelian minyak mentah asal Rusia pada akhir tahun ini, menyusul larangan minyak asal Rusia dari sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Kanada, hingga Australia.
Sebagai salah satu pemain besar minyak dunia, tahun lalu Vitol Group memiliki pendapatan hingga US$279 miliar. Pendapatan itu meningkat ditopang oleh permintaan global pasca pelonggaran penguncian wilayah (lockdown) di beberapa negara.
Perusahaan juga memperdagangkan 7,6 juta barel minyak mentah dan produk minyak lainnya pada hari tahun lalu. Jumlah tersebut hampir dua kali lipat dari total ekspor minyak Rusia sebesar 4,7 juta barel.
Tak hanya Vitol, pemain besar minyak mentah dunia lainnya juga telah menyatakan berhenti membeli minyak asal Rusia. Perusahaan tersebut seperti Shell, TotalEnergies dan Neste.
Akibat seruan itu, harga minyak mentah asal Rusia menjadi murah sebesar US$34 per barel atau setara Rp488 ribu (kurs Rp14.360 per dolar AS). Padahal, harga minyak mentah berjangka Brent, Kamis (14/4), justru kian mahal dan telah menyentuh US$108,78 per barel.
Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan bahwa pasokan minyak Rusia akan terus menurun menjadi 1,5 juta barel per hari (bph) pada bulan ini. Bahkan bulan depan diperkirakan semakin banyak hingga 3 juta bph akibat hilangnya pembeli.
"Sementara beberapa pembeli, terutama di Asia, meningkatkan pembelian barel Rusia yang didiskon tajam, pelanggan tradisional mengurangi. Saat ini, tidak ada tanda-tanda peningkatan volume ke China," tulis IEA, seperti dikutip CNN Business, Kamis (14/4).
Di lain sisi, Eropa nampaknya akan 'membuang' minyak asal Rusia. Pekan lalu, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan pihaknya tengah mempertimbangkan embargo minyak sebagai bagian dari sanksi baru.
Rusia adalah pengekspor minyak mentah terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi. Negara Beruang Putih tersebut diketahui menyumbang 14 persen minyak mentah dunia.
Sementara itu, IEA optimis dengan melepas 240 juta barel minyak mentah dari Amerika Serikat dan negara-negara anggota dapat membantu meringankan harga yang kian melambung.