Asal Muasal Pertamax dari Rp9.000 Terbang ke Rp13 Ribu
01 April 2022, 10:57:25 Dilihat: 357x
Jakarta, CNN Indonesia --
PT Pertamina (Persero) memutuskan menaikkan harga Pertamax menjadi Rp12.500 hingga Rp13 ribu per liter. Sebelumnya, BBM RON 92 tersebut dibanderol sekitar Rp9.000-Rp9.400 per liter.
Semula, Pertamina mengatakan belum akan menaikkan harga Pertamax, meski harga minyak mentah dunia terus melambung. Namun, Pertamina tak menampik jika kenaikan harga minyak mentah membuat keuangannya terseok-seok.
Pjs Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga (PPN) Subholding Commercial and Trading Pertamina Irto Ginting mengungkap harga minyak dunia yang terus melambung membuat keuangan BUMN migas itu cukup kesulitan.
"Tentunya, kenaikan harga minyak ini memberikan tekanan bagi kami di hilir," kata Irto kepada CNN Indonesia, Rabu (9/3).
Kendati mengalami kesulitan dalam hal kinerja keuangan, Irto mengaku pihaknya belum menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi tersebut.
"Kami masih memonitor perkembangan harga minyak dunia, terkait harga masih kami review secara berkala," katanya.
Tak berselang lama, Vice President (VP) Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fajriyah Usman menuturkan perusahaannya mengkaji rencana penyesuaian harga Pertamax.
"Kami masih mengkaji rencana penyesuaian harga pertamax. Seperti operator SPBU lainnya, harga BBM non subsidi mengikuti formula harga yang ditetapkan oleh peraturan di Kementerian ESDM," kata Fajriyah kepada CNNIndonesia.com, Senin (28/3).
Tiga hari kemudian, Pertamina pun memutuskan untuk menaikkan harga Pertamax menjadi Rp12.500 per liter. Keputusan ini dilakukan setelah mempertimbangkan lonjakan harga minyak mentah Indonesia (ICP) dari US$73,36 per barel pada Desember 2021 menjadi US$114,55 per 24 Maret 2022.
Minyak mentah dunia memang meningkat tajam usai Rusia melancarkan invasi ke Ukraina sejak Kamis (24/2) lalu. Minyak mentah Indonesia alias Indonesia crude price pun terpengaruh.
Kebijakan untuk menaikkan harga BBM non subsidi itu juga dilandasi dengan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 62 K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Sebelumnya, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi menyebut batas atas harga jual jenis BBM RON 92 di berbagai SPBU per Maret 2022 sebesar Rp14.526 per liter.
Mengutip laman perseroan, per 1 April ini, harga Pertamax dipatok Rp13 ribu per liter dari sebelumnya Rp9.400 per liter berlaku di Bengkulu, Kepulauan Riau, dan Batam.
Sementara, harga Pertamax Rp12.500 per liter dari sebelumnya Rp9.000 per liter berlaku di 10 provinsi, yakni Aceh, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat.
Harga Pertamax untuk 12 provinsi menjadi Rp12.750 per liter dari sebelumnya Rp9.200 per liter, mulai dari Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka-Belitung, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
Selanjutnya, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.
"Penyesuaian harga dilakukan secara selektif, hanya berlaku untuk BBM non subsidi yang dikonsumsi masyarakat sebesar 17 persen , di mana 14 persen merupakan jumlah konsumsi Pertamax dan 3 persen jumlah konsumsi Pertamax Turbo, Dexlite dan Pertamina Dex," ujar Irto dalam keterangan resmi.
Sementara itu, Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengaku tidak mungkin mengambil untung walaupun harga BBM jenis Pertamax akan naik. Sebagai BUMN, Pertamina harus menjual di bawah harga SPBU swasta. Hal ini juga dilakukan guna menjaga pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung.
Dia menerangkan bahwa kenaikan harga Pertamax dilakukan agar kerugian perusahaan tak membuat keuangan macet karena menanggung selisih harga minyak mentah yang sedang meroket.