Pilihan Saham 'Cuan' dan Layak Dikoleksi Pekan Ini
08 November 2021, 08:54:05 Dilihat: 347x
Jakarta, -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 4,65 poin atau minus 0,07 persen pada posisi 6.581 pada akhir perdagangan pekan lalu, Jumat (5/11). Investor asing mencatatkan beli bersih atau net buy senilai Rp1,10 triliun dalam sehari dan Rp1,51 triliun dalam sepekan.
Pengamat Pasar Modal Riska Afriani memprediksi pergerakan IHSG selama sepekan ke depan akan mix namun cenderung melemah. Indeks akan berada di posisi support 6.410 dan resistance 6.593.
Rilis Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang hanya mencapai 3,51 persen menjadi salah satu sentimen negatifnya. Pasalnya, angka tersebut meleset dari prediksi pelaku pasar.
"Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal 3 sebesar 3,51 persen. Ini merupakan lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi pelaku pasar yaitu di 3,76 persen," kata Riska kepada CNNIndonesia.com, Minggu (7/11).
Ia pun menambahkan data ini akan menjadi salah satu pertimbangan pelaku pasar dalam berinvestasi. Namun demikian, Riska menilai ekonomi Indonesia pada kuartal 3 tahun ini masih lebih baik dibandingkan kuartal 3 tahun lalu, sehingga tidak akan terlalu berpengaruh secara signifikan.
Di lain sisi, Riska optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat tumbuh hingga 4 persen pada kuartal 4 2021. Menurutnya kasus positif Covid-19 yang sudah terkendali dan sejumlah pelonggaran yang diberikan pemerintah menjadi alasan utamanya.
Kebijakan pelonggaran tersebut dinilai dapat memberikan efek berganda atau multiplier effect bagi sejumlah sektor. Di antaranya pertumbuhan di sektor kredit dan properti, occupancy rate di pusat perbelanjaan dan hotel, hingga kinerja ekspor yang meningkat.
Pelaku pasar asing akan cenderung mencermati kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) yang akan melakukan tapering off secara bertahap mulai November 2021. Tapering off sendiri adalah aturan bank sentral untuk mengurangi pembelian surat utang negara.
"Kebijakan The Fed tentu akan mempengaruhi kinerja indeks juga, namun tidak terlalu signifikan, lebih kepada pelaku pasar asing yang cenderung lebih hati-hati," katanya.
Riska yang juga merupakan Co-Founder Bank Saham membeberkan sejumlah rilis data ke depan yang dapat diperhatikan pelaku pasar seperti data inflasi dan rilis initial jobless claim dari Amerika Serikat. Aliran dana asing yang masuk ke pasar modal dinilai masih baik dengan total Rp32,11 triliun (ytd).
"Pelaku pasar asing masih berpotensi untuk masuk ke pasar modal kita, namun mereka mungkin relatif lebih hati-hati, tidak seagresif pekan-pekan sebelumnya," ujarnya.
Ia pun melihat kini pemerintah Indonesia tengah disibukkan dengan mempersiapkan berbagai kebijakan untuk mengantisipasi terjadinya gelombang ketiga kasus Covid-19. Sebab libur akhir tahun diantisipasi oleh pemerintah agar tidak menaikkan kasus positif.
Sentimen harga minyak dan batu bara masih akan mewarnai indeks mengingat harga kedua komoditas tersebut dinilai masih relatif tinggi walau sudah mulai terjadi penurunan. Riska memperingatkan agar pelaku pasar lebih waspada terhadap pergerakan harga komoditas hingga akhir tahun.
Sejumlah saham direkomendasikan untuk dimiliki dalam jangka menengah, seperti PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dengan target price di 1.800. Kini PGAS berada di posisi 1.500 dengan penurunan sebesar 1,96 persen pada penutupan pasar pekan lalu.
Selanjutnya, PT Astra International Tbk atau (ASII) dengan target price di 6.800. Pekan lalu, ASII ditutup melemah 0,84 persen, sehingga kini berada di posisi 5.925 per lembar saham.
Kemudian, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang justru menunjukkan penguatan pada akhir pekan lalu sebesar 1,02 persen, namun masih terjadi penurunan sebesar 1,32 persen dalam sepekan. Riska menargetkan BBCA dalam jangka menengah berada di posisi 7.775.
PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) yang ditargetkan berada di posisi 10.000. Kini INKP berada di posisi 8.475 dan akhir pekan lalu berhasil menutup perdagangan dengan kenaikan 1,80 persen.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BBRI yang ditargetkan berada di posisi 4.750. Akhir pekan lalu, BBRI ditutup melemah 0,24 persen dan kini berada di posisi 4.240.
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk atau SMGR ditutup tak bergeming pada akhir pekan lalu dan kini berada di posisi 9.900. Ia memprediksi emiten semen ini akan berada di posisi 10.300 dalam jangka menengah.
Selanjutnya, PT Telkom Indonesia (Perserto) atau TLKM yang ditargetkan berada di posisi 4.150. Kini TLKM berada di posisi 3.770 dan akhir pekan lalu ditutup tak bergeming.
Analis Pasar Modal Lucky Bayu Purnomo justru melihat pekan ini indeks akan bergerak menguat, dibandingkan pekan lalu yang cenderung lebih banyak melemah. Ia pun memprediksi indeks akan bergerak di rentang support 6.600 dan resistance 6.608.
Ia pun melihat sentimen yang akan mendorong penguatan indeks dalam negeri ialah rilis data ekonomi kuartal 3 2021 sebesar 3,51 persen.
"Capaian kinerja PDB Indonesia kuartal 3 2021 di angka 3,51 persen menjadi sentimen positif," kata Bayu.
Terkait rilis data ekonomi, walau terjadi penurunan dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 7,07 persen, angka ini setidaknya masih lebih baik dibandingkan kuartal 3 tahun lalu sebesar minus 3,49 persen.
Menurutnya, menjelang penutupan pasar pada akhir tahun ini diprediksi volatilitas indeks akan cenderung lebih tinggi. Ia melihat ini akan menjadi sentimen lanjutan bagi indeks ke depan.
Beberapa emiten direkomendasikan untuk dimiliki pada pekan ini. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BBTN dengan target price di 1.785 hingga 1.810. Kini BBTN berada di posisi 1.760.
Emiten jalan tol pelat merah PT Jasa Marga (Persero) Tbk atau JSMR juga direkomendasikan untuk dimiliki. Ia menargetkan JSMR berada di posisi 4.500 hingga 4.675, kini emiten ini berada di posisi 4.300.
Namun demikian, ia memperingatkan untuk memperhatikan sejumlah saham. Seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang kini berada di posisi 2.650 dan ditutup melemah pada akhir pekan lalu. Ia menyarankan emiten ini untuk dijual, jika kembali menurun dan menyentuh angka 2.500.
Terakhir, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) juga direkomendasikan untuk dijual, jika menyentuh posisi 1.585 hingga 1.600. Sebab akhir pekan lalu ADRO ditutup minus 1,79 persen dan berada di posisi 1.645.