Efek Kabel Laut Google-Facebook, Internet RI Makin Kencang?
08 April 2021, 09:00:00 Dilihat: 361x
Jakarta -- Pengamat menilai proyek kabel laut Google-Facebook memang bisa mempercepat akses internet di Indonesia. Namun, hanya berpengaruh pada kecepatan internet yang akan terhubung dengan server Google dan Facebook saja.
Kerjasama ini menurutnya tidak meningkatkan kecepatan internet Indonesia secara keseluruhan. Sebab, menurut Direktur Eksekutif Mastel Arki Rifazka, dua kabel bawah laut yang dibangun itu hanya terhubung dengan pusat data dari dua perusahaan teknologi raksasa ini.
Proyek pembangunan kabel bawah laut Google-Facebook di Indonesia akan menggandeng XL Axiata dan Telin, anak perusahaan Telkomsel dan perusahaan Singapura Keppel.
XL Axiata dan Google membangun proyek kabel bawah laut yang dinamakan Echo. Sementara Facebook dan Telin akan membangun Bifrost.
Dengan skema ini, Arki menyebut ada kemungkinan pengguna yang menggunakan XL akan mendapat akses yang lebih cepat untuk mengakses berbagai layananan yang ditawarkan Google, seperti Gmail, Google Drive, Youtube, hingga Maps.
Begitupun sebaliknya dengan kerjasama Telin-Facebook. Bisa jadi pengguna layanan internet grup Telkom bakal lebih diuntungkan ketika mengakses Facebook hingga Instagram.
Ia lantas mencontohkan jika pembangunan sudah selesai dan Facebook bekerjasama dengan grup Telkom, maka bisa jadi pengguna grup Telkom ini bakal mendapat kecepatan akses berbagai layanan Facebook lebih gegas dari operator lain menggunakan Bifrost.
Begitu juga dengan XL dan Google lewat kabel Echo. Pengguna XL disebut bisa jadi mendapat kecepatan akses ke berbagai layanan Google yang lebih mumpuni.
Lalu bagaimana dengan akses ke situs lain di luar layanan Facebook Google? Layanan-layanan tersebut tetap bisa diakses menggunakan jalur kabel laut lain yang sudah biasa dipakai sebelumnya.
Meski demikian, baik Telkom Indonesia dan XL Axiata hanya menyebut kalau proyek ini bisa menyediakan akses internet dan data dengan kapasitas besar ke luar negeri untuk masyarakat. Kedua
Dalam keterangan resmi, Telkom Indonesia menyebut proyek Bifrost dengan Facebook bakal memenuhi kebutuhan bandwidth internet yang sangat besar dari Indonesia, di samping menambah keandalan sistem kabel laut internasional khususnya untuk rute ke Amerika.
Hal serupa diungkap Group Head Corporate Communication XL Axiata Tri Wahyuningsih. Ia tak merespons ketika ditanya apakah proyek ini hanya mempercepat akses internet ke layanan Google saja atau tidak.
"Kehadiran SKKL tersebut tentu memberikan manfaat...diantaranya tersedianya akses internet dan data dengan kapasitas besar ke luar negeri...(dan) mengurangi ketergantungan akses internet dan data ke jaringan global yang selama ini hanya tersedia melalui jalur Singapore dan Hongkong," jelasnya saat dihubungi Rabu (31/3).
Tahap perizinan
Dalam keterangan resmi, Facebook menyampaikan bahwa saat ini proyek bersama Google ini masih dalam tahap perizinan ke pemerintah Indonesia.
Pengamat Telekomunikasi Heru Sutadi menyampaikan bahwa aturan untuk kerjasama keempat perusahaan ini masih dalam proses.
"Minggu lalu dibahas dalam Sosialisasi di Kementerian KKP. Jadi, untuk business process masih dimatangkan aturannya dan akan keluar dalam dua bulan mendatang. Akan ada banyak kementerian/lembaga yang terlibat, termasuk Kemenko Marves, KKP, Kemenkominfo, Kemenhan dan Kemenhub," tuturnya.
Aturan soal kabel bawah laut ini menurut Heru berdasarkan UU Cipta Kerja No.11 tahun 2020 yang diturunkan ke PP Nomor 21 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Tata Ruang. Untuk aturan alur kabel bawah laut dan pipa bawah laut merujuk pada aturan Kepmen KKP No.14/2021.
Jangan jadi korban raksasa digital
Pada dasarya, Arki menyebut Mastel (Masyarakat Telematika Indonesia) yang menjadi organisasi pemangku kepentingan Industri Digital Indonesia menyambut baik kerjasama Google-Facebook dengan operator lokal.
Tapi, Arki mengingatkan dengan menyentil perkataan Presiden Joko Widodo agar negara ini tidak menjadi korban raksasa digital.
Menurut Arki, keputusan Google-Facebook menggaet operator lokal untuk proyek bawah laut ini terjadi karena memang aturan pemerintah mewajibkan kerjasama dengan perusahaan lokal jika kabel laut itu ingin masuk (landing) ke Indonesia.
"Izin landing di Indonesia, harus pakai operator lokal," terang Arki saat dihubungi, Rabu (31/3).
Sehingga, ia berharap perjanjian kerjasama antara raksasa internet ini dengan operator lokal ditinjau dengan seksama agar tak merugikan perusahaan lokal.
"Istilahnya pinjem bendera aja atau mutual benefit (sama-sama menguntungkan)?...Premisnya kita jangan mau jd korban raksasa internet, seperti kata Presiden Jokowi. Penduduk (pengguna internet) kita banyak...itu bisa jadi kunci bargaining (daya tawar)," tandasnya.
Dalam keterangan resmi, Telkom meyebut kerjasama dengan Facebook dalam membangun infrastruktur Bifrost tetap memperhatikan kepentingan dan kedaulatan NKRI dalam aspek keamanan, ekonomi (pajak dan PNBP) serta menjaga kompetisi yang sehat dalam industri telekomunikasi.
Penataan kabel laut
Peninjauan kerjasama ini menurut Arki sebaiknya bukan hanya dari sisi bisnis semata. Tapi, perlu dibahas juga dari sisi teknis. Ia menekankan jangan sampai proyek kabel bawah laut ini makin membuat semrawut bentangan kabel laut yang saat ini ada.
"Karena semua bikin (sendiri-sendiri), jadi yang dikhawatirkan pejalurannya jadi ngga efektif...Kita jadi kayak negara dengan pintu masuk yang banyak, (karena) lemah di tata pengelolaan," jelasnya.
Senada, Heru juga menyampaikan soal kesemerawutan penataan kabel laut di Indonesia.
"Kabel internet bawah laut perlu ditertibkan. Hal itu guna menghindari dan bersinggunggungan dengan aktivitas lain yang menyebabkan kabel putus akibat tertarik jangkar kapal," tulisnya saat dihubungi lewat pesan teks.
Sumber : cnnindonesia.com