Deteksi Covid dari Air Liur Diklaim Akurasi di Atas 90 Persen
22 Maret 2021, 09:00:00 Dilihat: 304x
Jakarta -- Peneliti Bio Safety Level-2 Rumah Sakit Pendidikan Universitas Padjadjaran (Unpad) mengaku sedang meneliti penggunaan sampel air liur atau saliva untuk tes polymerase chain reaction (PCR) pemeriksaan Covid-19.
Ilmuwan Unpad Hesti Lina Wiraswati mengatakan penelitian kepada sejumlah relawan diharapkan rampung bulan depan untuk bisa mendapat izin dan segera diproduksi massal.
"Metode (sampel saliva) tetap saja menggunakan PCR sebagai gold standar pemeriksaan Covid-19. Namanya proses hilirisasi dari produk itu tidak bisa cepat, harus ada tahapan yang kita lampaui. Sebenarnya targetnya minggu ini kami selesaikan sampai 250 sampel itu untuk menambah sampel. Jadi kami bisa lebih percaya diri menampilkan data-data kami dipublikasi." ujar Hesti kepada CNNIndonesia.com, Selasa (16/3).
Hesti menuturkan tes PCR dengan sampel saliva tidak jauh berbeda dengan tes PCR yang menggunakan sampel yang diambil dengan swab nasofaring (hidung) atau orofaring (tenggorokan) dengan stick swab. Sebab, PCR dengan sampel saliva tetap mendeteksi keberadaan material genetik dari virus.
Perbedaaannya, pasien cukup meludah saliva ke tabung khusus yang sudah memiliki medium penyimpan saliva untuk kemudian diteliti di laboratorium.
Bahkan, Hesti mengaku pihaknya telah mengembangkan Viral Transport Medium (VTM) untuk menyimpan sampel pemeriksaan swab Covid-19 berbasis iceless transport system atau tidak membutuhkan penyimpanan di kotak pendingin sebelum menuju ke laboratorium.
Lebih lanjut, Hesti mengaku belum bisa secara detail melaporkan hasil penelitian. Namun, dia mengaku sudah menguji metode itu kepada 200 lebih relawan. Hasilnya, metode itu memiliki akurasi di atas 90 persen.
"Di 200 sampel itu rata-rata perkiraannya di atas 90 persen keakuratannya jika dibandingkan dengan nasofaring," ujarnya.
Hesti menyampaikan orang yang dinyatakan positif lewat metode yang dinamakan Salipad atau Saliva Unpad itu tidak perlu melakukan tes ulang dengan swab PCR. Sebab, dia mengatakan Salipad tetap mengandalkan tes PCR di laboratorium.
"Kalau sudah terdeteksi PCR itu sudah cukup sebenarnya, gold standarnya kan PCR," ujar Hesti.
Selain itu, dia mengklaim metode PCR dengan sample saliva juga bisa mendeteksi varian bari dari virus corona SARS-CoV-2. Dia mengatakan peneliti hanya cukup menentukan kit PCR apa yang akan digunakan, misalnya varian B.1.1.7 atau varian lain.
Hesti membeberkan pihaknya masih membutuhkan pembuktian secara ilmiah agar metode itu bisa diterima oleh publik. Sehingga, dia menyebut pihaknya akan mempublikasikan hasil penelitian untuk mendapat masukan dari rekan sejawat.
Hesti menambahkan saliva sudah digunakan beberapa negara untuk mendeteksi Covid-19. Namun, dia menilai baru pihaknya yang menggunakan saliva sebagai sampel tes PCR.
"Di India, mereka pakai saliva meskipun mereka deteksi akhirnya bukan PCR, dia pakai metode CRISPR," ujarnya.
Lebih dari itu, dia berharap segera mendapat izin dari Kementerian Kesehatan jika seluruh prosedur penelitian dipenuhi.
Sumber : cnnindonesia.com