Jaringan Baru 5G Bisa Persulit Prakiraan Cuaca
15 Februari 2020, 09:00:08 Dilihat: 190x

International Telecommunication Union (ITU) pada konferensi tahun 2019 memutuskan bahwa jaringan seluler yang baru, 5G, harus beroperasi di kisaran frekuensi 24,25 dan 27,5 GHz (Gigahertz). Di sinilah letak masalahnya. Pasalnya gelombang telefon seluler termodern ini hanya terpaut lebar spektrum 0,25 GHz dengan spektrum uap air di atmosfer yang biasanya diukur satelit cuaca.

Kadar uap air di atmosfer – yang berasal dari air yang menguap dan kemudian berubah menjadi uap atau gas, adalah salah satu data penting untuk meramalkan kondisi cuaca. Kalau uap atau gas itu mendingin, terbentuklah awan.
Analisa kondisi cuaca biasanya dilakukan dengan menggunakan sensor pasif. Sensor-sensor itu dapat mendeteksi sinyal gelombang mikro yang sangat lemah pada spektrum gelombang antara 23,6 GHz hingga 24 GHz. "Pancaran frekuensi jaringan seluler itu pasti tidak berhenti tepat pada 24 GHz. Pasti ada luberan frekuensi karena setiap pemancar mentransmisi pada lebar gelombang tertentu, yang tidak terhindarkan akan berinterferensi dengan spektrum di bawahnya", kata Dr Clemens Simmer, profesor meteorologi di Universitas Bonn, Jerman.
Selain itu radiasi uap air juga sangat lemah. "Kami mengukur perubahan energi amat kecil pada molekul uap air. Setiap gangguan atau cemaran pada sinyal, akan mempersulit pengukuran", papar Simmer lebih lanjut.
Satelit yang dioperasikan oleh Badan Antariksa Eropa (ESA) dan badan antariksa Amerika, NASA, ibaratnya membuat uap air ini kasat mata. Itu sangat penting bagi pakar meteorologi. Semakin akurat datanya, semakin presisi pula ahli meteorologi dapat meramalkan badai, angin topan, serta kapan dan di mana peristiwa cuaca itu akan terjadi. Namun jika data yang mereka dapatkan terkontaminasi, prediksi para ahli meteorologi bisa salah atau melenceng sejauh ratusan kilometer.
Pemancar kecil dengan efek besar
Satelit cuaca memiliki resolusi raster permukaan bumi antara 10 hingga 30 kilometer. Jika menara jaringan seluler atau perangkat seluler mengganggu frekuensi yang kritis, pengukuran data satelit cuaca untuk kawasan raster bersangkutan bisa tidak ada gunanya.
Masalah gangguan frekuensi mula-mula akan menjadi lebih parah di kawasan pusat kota dan daerah perumahan. Karena teknologi 5G juga akan menunjang beroperasinya kendaraan otonom, potensi gangguan terhadap satelit cuaca akan makin besar dan luas. "Diyakini jaringan 5G akan diimplementasikan juga pada kapal laut dan pesawat terbang," kata Simmer. "Jadi gangguan lakan terasa di seluruh dunia."
Satelit cuaca vs transmisi data supercepat
Organisasi Meteorologi Dunia WMO telah meminta agar kekuatan pemancar 5G dibatasi, sebagai upaya untuk meminimalkan risiko gangguan pengukuran data pada satelit cuaca, WMO mengusulkan agar menara seluler yang frekuensinya beroperasi berbatasan frekuensi satelit cuaca dikurangi dayanya hingga kurang dari 10 mikrowatt.
Namun para negosiator ITU pada konferensi internasional tahun 2019 yang dilaksanakan di Sharm el-Sheikh tidak menanggapi tuntutan WMO. Sebaliknya, mereka justru menetapkan batas kekuatan sinyal hingga 1 milliwatt. ITU mengatakan mereka baru akan membuat aturan yang lebih ketat mulai tahun 2027, dengan membatasi daya untuk menara seluler dan perangkat penerima seperti ponsel.

Sumber: Detik.Com
Share:

UN Videos

Java Coffee Culture and Festival Peneleh 2024
Rapat Terbuka Senat dalam rangka Wisuda Sarjana ke - 56 dan Magister ke - 44
Wisuda Sarjana Ke 54 dan Magister Ke 42 Universitas Narotama

UN Cooperation

De Montfort Leicester University Alexandria University Chiang mai university Derby University
 
Essex I Coe Rel UTHM ICOGOIA University Malaysia PAHANG Universiti Utara Malaysia
 
National University Kaohsiung Taiwan Politeknik Sultan Mizan Zainal Abidin Prince Sultan University Quest Nawab Shah Pakistan Universiti Teknologi MARA
 
Universiti Kebangsaan Malaysia Universiti Malaysia Kelantan Universiti Malaysia Perlis Universiti Zainal Abidin Universiti Sains Malaysia
 
Universiti Pendidikan Sultan Idris Erasmus

 

INTAKINDO PT. Aria Jasa Konsultan Bumi Harmoni Indoguna Cakra Buana Consultan Ciria Jasa Consultant
 
Internasional Peneliti Sosial Ekonomi Teknologi PT. Jasa Raharja NOKIA INKINDO MASKA
 
Surabaya TV PT. Amythas General Consultant
 
       

 

Perkumpulan Ahli dan Dosen Republik Indonesia IT Telkom Surabaya Institut Aditama Surabaya Institut Teknologi Nasional Malang
 
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Politeknik Negeri Malang Universitas Pakuan Universitas Nasional Kualita Pendidikan Indonesia
 
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Politeknik Negeri Bali Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Pasuruan
 
Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul `Ula Nganjuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al Anwar Mojokerto STIE NU Trate Gresik Sekolah Tingi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yapan Surabaya
 
STIE Pemuda STIKOSA STKIP PGRI Bangkalan STKIP PGRI Jombang STKIP PGRI Sidoarjo
 
STT Pomosda Nganjuk UINSA Universitas Mercu Buana Universitas Airlangga Universitas Darul `Ulum Jombang
 
Universitas Negeri Surabaya Universitas Brawijaya Malang Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya Universitas PGRI Adi Buana Surabaya UNIPDU
 
UNISLA UNISMA Universitas 45 Bekasi Universitas Dr.Soetomo UNITRI
 
Universitas 45 Surabaya Universitas Bondowoso Universitas Islam Madura Pamekasan Universitas Jember Universitas Maarif Hasyim Latif
 
Universitas Madura Universitas Merdeka Surabaya Universitas Bina Darma Universitas Wijaya Putra Universitas Padjajaran
 
Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Muhammadiyah Papua Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Surabaya Universitas Negeri Malang
 
Universitas Islam Raden Rahmat Universitas Widyagama Malang Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya UWIKA Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
 
UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN Universitas 17 Agustus Surabaya UNUGIRI Bojonegoro Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
 
Akademi Pariwisata Majapahit  

 

Copyright (c) 2025 by UN | Universitas Narotama, All Rights Reserved.