Jakarta -- Kementerian Perhubungan memutuskan menaikkan tarif ojek online (ojol), yakni batas bawah sebesar Rp250 per kilometer (km) dan batas atas naik Rp150 per km.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi mengatakan tarif batas bawah ojol naik menjadi Rp2.250 dan batas atas menjadi Rp2.650. Kenaikan ini akan berlaku mulai 16 Maret 2020.
Berikutnya dengan biaya jasa minimalnya, setelah dihitung menjadi naik dari Rp8.000-Rp10.000 menjadi Rp9.000-Rp10.500.
"Batas bawah menjadi Rp2.250 per km. Batas atas menjadi Rp2.650 per km. Kemudian, biaya jasa minimal kenaikannya setelah kami lakukan penyesuaian menjadi Rp9.000 (batas bawah) sampai sekitar Rp10.500 (batas atas)," ujarnya di Jakarta, Selasa (10/3).
Menurut Budi, kenaikan tarif ojol telah melalui pertimbangan. Salah satunya, survei pada 1.860 responden, di mana responden tidak merasa keberatan dengan kenaikan tarif ojol.
Skema tarif yang ditawarkan mulai Rp100 hingga Rp500. "Setelah dimasukkan ke dalam model menjadi Rp225 per km per Jabodetabek untuk batas bawah. Sementara, batas atas Rp150 per km," terang dia.
"Rata-rata pengguna menginginkan jaminan keamanan lebih dalam jawaban survei, seperti masker," imbuhnya.mpuan untuk membuat konten secara kritis, apapun bentuknya bakal menjadi pembeda yang menentukan kesuksesan. Jadi materi ini aku pilih bukan untuk menjadikan peserta penulis, melainkan supaya mereka bisa menghasilkan konten yang berbobot dan membantu pengambilan keputusan orang lain, di bidangnya masing-masing," katanya.
Margie melanjutkan, "Bahkan kalau nantinya berkarir jadi YouTuber, karena sudah biasa menulis kritis, bakal bisa menyusun konten yang tidak hanya pas di penonton, tetapi juga informatif dan kritis."
Bukan Sekadar Kata-kata
"There is no such thing as public speaking," kata Riko Anggara dari atas panggung Leadership Development.
Bagi Riko yang tak dapat mengucapkan huruf R dan telah lama berkecimpung sebagai pembawa berita televisi, penguasaan konten menjadi kunci percaya diri berbicara di depan publik.
"Yang penting isi ini, banyak baca, baca, baca," katanya sambil mengetuk kepala.
Ia menambahkan, "Kepercayaan diri dibangun dari seberapa kalian punya wawasan."
Riko mengaku memahami kegugupan peserta bila harus berbicara di depan umum. Namun, ia menolak menerima jika hal itu dijadikan alasan. Pengendalian diri ia sebut sebagai faktor penting.
Ketika menjadi pusat perhatian, kata Riko, kontak mata dan intonasi berbicara adalah hal yang harus dikuasai. Sehingga, audiens dapat memberi timbal balik karena merasa diajak bicara secara personal.
"Buat proses public speaking seintim ngobrol berdua," ujarnya.
Selain itu, gestur tubuh juga menjadi perhatian Riko. Untuk tampilan profesional, ia menjelaskan gerakan yang dilakukan harus solid dan tidak menggambarkan keraguan. Ia meminta beberapa orang peserta maju dan berbicara di atas panggung, sebelum memberi koreksi.
Menurut Riko, berbicara di depan publik bukan sekadar bercakap. Secara keseluruhan, pembicara sebaiknya memiliki kemasan yang baik dan menarik. Termasuk di dalamnya, mengetahui tiga tingkatan berbicara, yakni normatif, informatif, dan inspiratif.
Terlebih, pembicara harus bisa bertanggung jawab atas apapun yang dikatakan. Maka suara tak kalah penting untuk diperhatikan. Riko memberi contoh, ia memakai suara berbeda saat berbicara di acara formal kenegaraan dan ketika menjadi pembawa acara pernikahan.
"Kalau [bicara] di depan Presiden, ya harus formal. Kalau di depan kalian [peserta], anak-anak muda, saya harus menyesuaikan, lebih santai karena kalau formal, kalian enggak akan dengerin, bosan," ungkap RIko.
Critical Writing dan Effective Oral Communication menjadi materi penuh di hari kedua Leadership Development Djarum Foundation. Mendukung generasi muda untuk bersiap memimpin era industri 4.0, program ini dilengkapi oleh sesi Motivating and Inspiring Others oleh James Gwee pada hari berikutnya.
Sumber : cnnindonesia.com