Dilema Guru di Kalijaya, Antara Kelas dan Sawah
17 Februari 2020, 09:00:00 Dilihat: 207x

Jakarta -- Tatapannya lemah. Wajahnya tampak lelah. Raut mukanya tak berseri saat ditemui CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
Dia adalah Wardi, seorang Kepala Sekolah SDN 1 Kalijaya, Ciamis, Jawa Barat. Sudah setahun menjabat dan 20 tahun mengabdi sebagai guru di sekolah tersebut.
SDN 1 Kalijaya beralamat di Dusun Wanarsa, Desa Kalijaya, Kecamatan Banjaranyar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Sudah lebih dari 20 tahun berdiri, namun menanggung masalah yang tak berubah sejak dulu: keterbatasan pengajar.
Wardi sebenarnya tak lama lagi masuk masa pensiun. Namun dia sama sekali tak punya rencana jika sudah purna tugas nanti. Pikirannya masih terpaku pada apa yang dijalani selama ini.
"Kalau orang lain sudah sibuk memikirkan kualitas pendidikan, kalau saya memikirkan ada tidak yang menghadapi anak (siswa) besok. Saya dibayangi dengan apakah guru besok sehat, apakah ada yang bisa mengajar besok," ucap Wardi beberapa waktu lalu.
Tak Setiap Hari Guru Datang Mengajar
Beban kerja Wardi sehari-hari tergolong berat. Ditambah kecemasan tentang keberlangsungan kegiatan belajar mengajar di sekolah yang sering tak berjalan sebagaimana mestinya.
Semua itu akibat dari keterbatasan jumlah pengajar di SDN 1 Kalijaya. Dia yang harus bertanggung jawab agar siswa tetap mendapat ilmu.
Saat CNNIndonesia.com berkunjung, jumlah siswa di SDN 1 Kalijaya sebanyak 85 orang di 6 kelas. Hanya ada 5 guru. Itu pun tak semuanya bisa hadir mengajar setiap hari.
Dari 5 orang, hanya 2 guru berstatus PNS. Mereka adalah Wardi dan istrinya. Wardi memang menjalankan tugas sebagai guru merangkap kepala sekolah. Dia dan istri diangkat sebagai PNS usai 20 tahun mengabdi.
Kemudian, 3 orang guru lainnya berstatus honorer. Wardi mengangkat mereka guna membantu memberikan pelajaran kepada siswa. Itu dilakukan sebagai langkah terakhir lantaran permohonan meminta tambahan guru berulang kali ditolak dinas pendidikan setempat.
"Karena kalau berdua kan tidak mungkin. Saya akhirnya angkat saja sukarelawan. Total ada tiga orang," kata Wardi saat ditemui CNNIndonesia.com di SDN 1 Kalijaya beberapa waktu lalu.
Lihat juga:
Kisah Muram Sekolah Marginal, Tak Bisa Wujudkan Mimpi Nadiem
Guru honorer yang diangkat tidak memiliki latar belakang sarjana pendidikan. Hanya sebatas lulusan SMA atau sederajat.
"Ya mohon maaf, sekolahnya juga lagi-lagi bukan lulus dari sekolah yang bagus di kota, ya sekolah yang biasa saja begitu," imbuhnya.
Wardi mengamini ada risiko yang harus dihadapi ketika mengangkat guru honorer sebatas berlatar belakang SMA sederajat. Misalnya, kompetensi yang kurang dari para guru tersebut dalam memberikan pengajaran.
Akan tetapi, Wardi tahu diri. Dia mengaku beruntung ketika masih ada yang berkenan mengajar sebagai guru honorer.
Dia mengatakan bahwa honor yang diberikan sangat kecil, sehingga tak banyak orang yang mau menjadi guru honorer.
Guru-guru honorer itu pun kadang tidak bisa hadir untuk mengajar. Suatu saat, mereka lebih memilih untuk mengurus usaha pertaniannya.
Mengenai hal itu, Wardi tak bisa berbuat banyak. Dia tak bisa memaksakan kehendak para guru honorer karena gaji yang diberikan oleh sekolah tak seberapa.
"Kan kadang ada guru sukarelawan yang tidak masuk, sakit atau ngurus anak atau panen di sawah, saya tidak bisa memaksa, ya mau tidak mau saya gantikan untuk mengajar," kata Wardi.
"Jadi sukarelawan dibayar cuma Rp100 ribu per bulan. Kalau dari sawah, tani, kan bisa jutaan," tambahnya.
Wardi berharap pemerintah pusat dan daerah melihat masalah yang dihadapi SDN 1 Kalijaya. Dia tidak bermaksud meminta dirinya untuk diistimewakan.
Wardi lebih mengutamakan masa depan para siswa. Menurutnya, pemerintah pusat dan daerah perlu memberikan kepedulian yang lebih agar siswa bisa mendapatkan ilmu dari tenaga pengajar yang kompeten. Tentu dengan menyalurkan guru.
"Karena apa? Ya karena saya mau anak didik saya juga jadi insinyur, punya budi pekerti bagus. Masa depan bagus karena diajar oleh pendidik yang kompeten," kata dia.
"Saya kalau melihat anak-anak jujur kasihan. Mereka bahkan tidak punya guru olahraga khusus. Kalau olahraga ya saya suruh saja mereka lari keliling lapangan. Setelah itu ya sudah, saya juga tidak mengerti pendidikan olahraga," kata Wardi.
Kondisi bangunan SDN 1 Kalijaya sendiri masih cukup bagus. Ruangan kelas tergolong layak digunakan.
Akan tetapi, kondisi toilet cukup memprihatinkan. Hanya segelintir siswa yang mau menggunakannya.
Guna menjaga kebersihan lantai, SDN 1 Kalijaya juga tidak mewajibkan siswa memakai sepatu atau alas kaki. Siswa boleh berkeliling sekolah tanpa alas kaki.
Saat CNNIndonesia.com berkunjung, seperti halnya ruang kelas di sekolah kebanyakan, terpampang foto presiden dan wakil presiden yang tengah menjabat. Akan tetapi, bukan foto Ma ruf Amin, melainkan Jusuf Kalla yang berdampingan dengan foto Joko Widodo.
Sumber : cnnindonesia.com
Share:

UN Videos

Java Coffee Culture and Festival Peneleh 2024
Rapat Terbuka Senat dalam rangka Wisuda Sarjana ke - 56 dan Magister ke - 44
Wisuda Sarjana Ke 54 dan Magister Ke 42 Universitas Narotama

UN Cooperation

De Montfort Leicester University Alexandria University Chiang mai university Derby University
 
Essex I Coe Rel UTHM ICOGOIA University Malaysia PAHANG Universiti Utara Malaysia
 
National University Kaohsiung Taiwan Politeknik Sultan Mizan Zainal Abidin Prince Sultan University Quest Nawab Shah Pakistan Universiti Teknologi MARA
 
Universiti Kebangsaan Malaysia Universiti Malaysia Kelantan Universiti Malaysia Perlis Universiti Zainal Abidin Universiti Sains Malaysia
 
Universiti Pendidikan Sultan Idris Erasmus

 

INTAKINDO PT. Aria Jasa Konsultan Bumi Harmoni Indoguna Cakra Buana Consultan Ciria Jasa Consultant
 
Internasional Peneliti Sosial Ekonomi Teknologi PT. Jasa Raharja NOKIA INKINDO MASKA
 
Surabaya TV PT. Amythas General Consultant
 
       

 

Perkumpulan Ahli dan Dosen Republik Indonesia IT Telkom Surabaya Institut Aditama Surabaya Institut Teknologi Nasional Malang
 
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Politeknik Negeri Malang Universitas Pakuan Universitas Nasional Kualita Pendidikan Indonesia
 
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Politeknik Negeri Bali Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Pasuruan
 
Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul `Ula Nganjuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al Anwar Mojokerto STIE NU Trate Gresik Sekolah Tingi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yapan Surabaya
 
STIE Pemuda STIKOSA STKIP PGRI Bangkalan STKIP PGRI Jombang STKIP PGRI Sidoarjo
 
STT Pomosda Nganjuk UINSA Universitas Mercu Buana Universitas Airlangga Universitas Darul `Ulum Jombang
 
Universitas Negeri Surabaya Universitas Brawijaya Malang Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya Universitas PGRI Adi Buana Surabaya UNIPDU
 
UNISLA UNISMA Universitas 45 Bekasi Universitas Dr.Soetomo UNITRI
 
Universitas 45 Surabaya Universitas Bondowoso Universitas Islam Madura Pamekasan Universitas Jember Universitas Maarif Hasyim Latif
 
Universitas Madura Universitas Merdeka Surabaya Universitas Bina Darma Universitas Wijaya Putra Universitas Padjajaran
 
Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Muhammadiyah Papua Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Surabaya Universitas Negeri Malang
 
Universitas Islam Raden Rahmat Universitas Widyagama Malang Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya UWIKA Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
 
UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN Universitas 17 Agustus Surabaya UNUGIRI Bojonegoro Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
 
Akademi Pariwisata Majapahit  

 

Copyright (c) 2025 by UN | Universitas Narotama, All Rights Reserved.