Tiga Kecamatan Sulsel Kena Dampak Abrasi akibat Cuaca Ekstrem
17 Januari 2020, 09:00:14 Dilihat: 195x
Jakarta -- Tiga kecamatan di Takalar, Sulawesi Selatan, terkena dampak abrasi pantai akibat cuaca ekstrem sepanjang pekan ini.
Ketiga kecamatan tersebut terdiri dari Galesong, Galesong Utara, dan Galesong Selatan. Akibat abrasi ini, sejumlah fasilitas umum seperti tanggul, jalan desa, dan lahan pekuburan rusak.
Ombak juga menggerus pasir dan tanah sehingga rumah-rumah warga kini sangat dekat dengan bibir pantai, hanya tersisa jarak sekitar dua meter.
Di Desa Sampulungan, Kecamatan Galesong Utara, setidaknya tiga rumah terkena dampak abrasi. Dua keluarga yang tinggal di rumah-rumah itu pun mengungsi karena sisi rumahnya roboh tergerus abrasi.
Sementara itu, pemilik satu rumah lainnya masih bertahan karena air laut belum mencapai tempat tinggalnya. Meski demikian, ia tetap ketakutan jika datang hujan, angin kencang, dan ombak tinggi.
"Kalau sore, hujan, angin kencang, ombak tinggi, bikin takut. Kalau malam sudah tidak bisa tidur," tutur warga bernama Jamatia Daeng Lu mu itu.
Kekhawatiran sama juga datang dari Jaela Daeng Sunggu. Jarak rumahnya dengan bibir pantai masih terbilang jauh, kurang lebih 10 meter, tapi keluarganya tetap waswas.
"Ombak tinggi, angin juga kencang. Bikin takut-takut," ujarnya.
Kepala Desa Sampulungan, Rustam, mengatakan bahwa yang terkena dampak abrasi tahun ini kurang lebih sepanjang 700 meter dengan jarak dari laut sebelumnya kurang lebih enam hingga tujuh meter. Di situ ada rumah-rumah warga dan pekuburan. Akibat abrasi ini, sejumlah kuburan digeser.
"Abrasi ini terjadi karena kegiatan tambang pasir di tengah laut tahun lalu. Ada beberapa perusahaan yang menjanjikan akan memberikan dana kompensasi buat pembangunan bronjong, tapi itu belum ada hingga kini," kata Rustam.
Tindakan sementara yang dilakukan saat ini, katanya, adalah mengamankan pinggir pantai dengan tumpukan karung pasir.
"Kita dari Pemerintah Desa memberikan 250 karung. Selebihnya karung dari kepala-kepala dusun. Ini hanya tindakan sementara sambil kita berpikir bagaimana mendatangkan batu gajah," ujarnya.
Menurut Rustam, cara paling optimal untuk menahan terjangan ombak adalah dengan membangun tanggul. Namun, dana yang dibutuhkan sangat besar.
Namun, koordinator Aliansi Selamatkan Pesisir (ASP), Muhaemin Arsenia, abrasi kian parah karena kegiatan tambang pasir sejumlah perusahaan yang menyuplai mega proyek di Makassar, yakni Center Poin of Indonesia (CPI) dan Makassar New Port (MNP). Total pasir dikeruk di laut Takalar untuk kedua proyek itu sebanyak 23 juta kubik.
"Yang mendesak untuk dilakukan pemerintah saat ini adalah moratorium izin penambangan pasir, lakukan evaluasi untuk mencari siapa yang paling bertanggung jawab, dan melakukan pemulihan antara lain dengan rekayasa teknis seperti membangun tanggul dan pemecah ombak," katanya.
Sumber : cnnindonesia.com